MAKALAH
PANGAN DAN GIZI
POTENSI DAN PROSPEK BIOTEKNOLOGI
DALAM RANGKA PENYEDIAAN PANGAN MENYEHATKAN
|
Dosen Pembimbing : Erma Retnaningtyas,
SST,.SKM,.M.Kes
Oleh
:
1.
Andya Gilang
Prayoga
2.
Ema LoviAndini
3.
Muhammad Misbakhudin
4.
Nikmatul Khoiriyah
5.
Stefanus
6.
Yuni Pratiwi
STIKes “SURYA MITRA HUSADA” KEDIRI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Saya Panjatkan Ke Hadirat Allah Swt, Yang Mana
Telah Melimpahkan Rahmat Dan Hidayah-Nya Kepada Kami, Sehingga Kami Bisa
Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Baik. Makalah Ini Kami Buat Untuk Memenuhi
Tugas Ekologi Pangan Dan Gizi.
Di Dalam Mengerjakan Makalah Ini
Kami Banyak Mendapat Kesulitan, Tetapi Akhirnya Dapat Terselesaikan. Untuk Itu
Dengan Kerendahan Hati Kami Mengucapkan Terima Kasih Kepada Ibu Erma
Retnaningtyas, SST,.SKM,.M.Kes. Selaku Dosen Ekologi Pangan Dan Gizi
Yang Telah Membina Dan Membimbing Kami.
Kami Sadar Bahwa Dalam Pembuatan Makalah Ini Masih Jauh Dari
Sempurna. Oleh Karena Itu, Kami Tidak Menutup Diri Dari Kritik Dan Saran Dari
Para Pembaca. Semoga Makalah Ini Bisa Berguna Bagi Kita Semua.
Kediri, 13 Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Ruang
Lingkup Bioteknologi Pangan Potensi Bioteknologi Dalam ProduksiBahan Tambahan
Pangan Menyehatkan
B.
Potensi bioteknologi dalam produksi makanan dan
minuman yang menyehatkan
C.
Prospek aplikasi bioteknologi pangan di masa depan
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik merupakan dambaan setiap umat manusia. Oleh
karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan
kesehatan terus menerus diupayakan orang dengan berbagai cara. Kemajuan
teknologi sistern informasi dalarn era globalisasi juga banyak membantu
masyarakat dalam menyadari perlunya mengkonsumsi pangan yang menyehatkan.
Pangan yang menyehatkan tidak boleh mengandung bahan-bahan atau cemaran yang
dapat membahayakan kesehatan termasuk bahan tambahan pangan (BTP) yang
terlarang dan mikroba penyebab penyakit atau toksinnya, tetapi sebaliknya
mengandung senyawa-senyawa yang mendukung kesehatan.
Di dalarn proses pengolahan makanan sering digunakan BTP yang
berfungsi untuk memperoleh mutu sensori seperti citarasa, warna dan tekstur
yang diinginkan dengan masa simpan yang cukup (awet). BTP yang tersedia secara
komersial saat ini seperti pemberi citarasa (flavor), pemanis dan pengawet,
umumnya merupakan senyawa sintetik kimia yang bila digunakan berlebihan dapat
mernbahayakan kesehatan. Masalah penyalahgunaan BTP yang terjadi di Indonesia
terutama oleh industri kecil dan pengusaha
makanan jajanan adalah digunakannya BTP terlarang atau melebihi batas yang
diizinkan.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan (DitJen POM), Departernen Kesehatan pada tahun 1995/1996, dari
21.835 contoh yang diperiksa, sebanyak 1.911 (8,75%) contoh tidak memenuhi
syarat karena penggunaan bahan pewarna terlarang (2,24%), bahan pemanis buatan
(5,02%) dan bahan pengawet yang terlarang atau melebihi batas (1,50%). Gambaran
yang lebih memprihatinkan lagi terlihat dari hasil pemeriksaan pada tahun
1994/1995 pada minuman jajanan anak sekolah di 27 propinsi di Indonesia. Dari
sejumlah 1.183 contoh minuman yang diuji, hanya sekitar 18 % contoh yang
memenuhi persyaratan penggunaan BTP, sedangkan 82 % tidak memenuhi syarat.
Hasil yang sama juga dilaporkan pada tahun 1995/1996 yaitu 61 % menggunakan
bahan pemanis buatan, 19 % menggunakan bahan pewarna terlarang dan 1,52%
menggunakan bahan pengawet dalam jumlah yang tidak memenuhi syarat (Fardiaz,
1996).
Sebenarnya penggunaan BTP dalam makanan telah diatur oleh
Departemen Kesehatan dengan acuan Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan yang menekankan aspek keamanannya. Dengan telah disahkannya
Undang-Undang No. 7 tahun 1996
tentang Pangan (Forum Komunikasi Pangan, 1997), baru-baru ini, dimana di
dalamnya tercantum pula larangan penggunaan BTP yang berbahaya bagi kesehatan,
maka diharapkan sistem penyuluhan, pengawasan dan pemantauan penggunaan BTP di
industri pangan di masa mendatang akan dapat terlaksana dengan baik.
Masalah keamanan pangan lain yang perlu mendapat perhatian adalah
yang berkaitan dengan penyakit-penyakit infeksi oleh mikroorganisme yang
mencemari makanan seperti tifus dan paratifus yang disebabkan oleh Salmonella
typhimurium atau S.paratyphi. Walaupun data yang pasti mengenai penyebab
keracunan makanan di Indonesia belum ada, tetapi diduga bakteri lain yang dapat
menimbulkan keracunan makanan seperti Escherichia coli 0157:H7, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens dan
Campylobacter mungkin juga ditemukan. Makanan yang disimpan dinginpun ternyata tidak selalu aman dengan ditemukannya Listeria
monocytogenes yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan dapat menimbulkan keracunan makanan (ICMSF, 1996).
Campylobacter mungkin juga ditemukan. Makanan yang disimpan dinginpun ternyata tidak selalu aman dengan ditemukannya Listeria
monocytogenes yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan dapat menimbulkan keracunan makanan (ICMSF, 1996).
Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan,
maka tuntutan konsumen saat ini mengarah pada produk pangan yang lebih sedikit
menggunakan pengawet kimia, gararn, gula, dan lemak; menerima proses pengolahan
dan pemanasan lebih ringan, kerusakan pembekuan yang lebih sedikit, bebas dari
bahan tambahan "buatan" (sintetik), segar dan lebih alami, tetapi
dengan tingkat keamanan dan masa simpan yang tetap tejamin (Board dan Gould,
199 1;Gould, 1992)
B.
RUMUSAN
MASALAH
- Apa Saja Ruang Lingkup Bioteknologi Pangan Dalam Produksi Bahan Tambahan Pangan Yang Menyehatkan ?
- Apa saja Potensi Bioteknologi Dalam Produksi Makanan Dan Minuman Yang Menyehatkan ?
- Bagaimana Prospek Aplikasi Bioteknologi Pangan Di Masa Depan ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui Ruang Lingkup Bioteknologi Pangan
Dalam Produksi Bahan Tambahan Pangan Yang Menyehatkan
2.
Untuk mengetahui Potensi Bioteknologi Dalam Produksi
Makanan Dan Minuman Yang Menyehatkan
3.
Untuk mengetahui Prospek Aplikasi Bioteknologi
Pangan Di Masa Depan
BAB II
PEMBAHASAN
I. Ruang Lingkup Bioteknologi Pangan
Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan secara terpadu
biokimia, mikrobiologi serta rekayasa biokimia, genetika dan proses untuk
menghasilkan produk-produk dari mikroorganisme dan kultur sel (Mittal, 1992).
Teknologi ini menggunakan molekul-molekul yang dihasilkan secara hayati,
sel-sel atau organisme untuk menyempurnakan prosesnya. Bioteknologi menggunakan
bakteri, kapang, fungi, ganggang, sel tanaman, atau sel-sel mamalia sebagai
bahan pengisi proses industri.
Peranan bioteknologi dalam pengolahan pangan sangat luas. Menurut Canadian Committee
on Food Biotechnology (Anonim, 1988), bioteknologi pangan melibatkan
manipulasi proses dari enzim dalam bentuk bebas dan amobil, dan di dalam sel
untuk :
- memproduksi senyawa-senyawa yang mempertegas mutu makanan.
- memperpanjang masa simpan buah dan sayuran segar.
- menganalisis komponen dan racun yang terdapat dalarn makanan.
Bioteknologi pangan termasuk:
§ proses fermentasi mikroba untuk memberi citarasa makanan
fermentasi, pengawetan makanan dan produksi biomassa;
§ proses kultur sel tanaman melalui reaksi enzim intraseluler;
§ pengaturan proses metabolik
pascapanen untuk memperpanjang masa simpan buah-buahan dan sayuran segar;
§ proses enzim murni untuk memperbaiki mutu makanan; dan bioproses
seperti proses membran.
Bioteknologi dicirikan oleh
lima bidang teknologi utama (Slotin, 1984)
yaitu :
- DNA rekombinan (rDNA) : yaitu pemasukan DNA asing ke dalam sistem baru, dimana DNA ini diklon dan diekspresikan.
- Enzim dan teknologi enzim, yang meliputi kemampuan katalitik dari enzim yang digunakan baik dalam larutan atau dalam bentuk amobil.
- Kultur sel tanaman : yang mencakup pembiakan sel-sel tanaman secara in vitro untuk senyawa-senyawa yang diperlukan dan biotransformasi.
- Teknik sel gabungan : meliputi
penggabungan dua sel yang berbeda menghasilkan hibrida yang memperlihatan
sifat-sifat
dari masing-masing induknya. - Rekayasa proses dan teknologi fermentasi.
Peranan bioteknologi dalam pengolahan pangan secara luas dapat
diterapkan melalui dua cara berikut ini :
- Untuk merancang mikroorganisme yang mengubah biomassa yang tidak dapat dimakan menjadi pangan untuk konsurnsi manusia atau pakan untuk hewan.
- Menggunakan sistem hayati untuk membantu pengolahan pangan, baik secara langsung maupun tidak langsung pada bahan pangannya sendiri atau dengan menyediakan bahan-bahan ramuan atau ingridien pangan yang dapat ditambahkan ke dalam makanan. Berbagai teknik bioteknologi yang tersedia saat ini, dapat membentuk bahan mentah sedemikian rupa berdasarkan pesanan atau rancangan tertentu ("tailormade'') dan dengan demikian menyediakan suatu alat yang sangat tangguh bagi para pakar bioteknologi pangan.
II. Potensi Bioteknologi Dalam Produksi Bahan
Tambahan Pangan Menyehatkan
Jenis-jenis BTP terlarang atau yang digunakan melebihi batas pada
berbagai makanan jajanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Jenis
bahan tambahan terlarang/dibatasi
|
Jenis
makanan/minuman
|
Pewarna
:
|
|
Amaranth
|
Sirup,
minuman ringan/limun, saus, es campur
|
Auramin
|
Sirup,
minumam ringan/limun, saus
|
Rhodamin
B
|
Sirup,
minuman ringan/limun, saus, es mambo, bakpau, es campur, es cendol, es kelapa
|
Methanyl
Yellow
|
Sirup,
minuman ringan/limun, pisang goreng/molen, manisan mangga/kedongdong
|
Pewarna
lain yang di larang
|
Sirup,
minuman ringan/limun
|
Pewarna
lain yang di batasi**
|
Sirup,
minuman ringan/limun, es campur
|
Pengawet
:
|
|
Boraks
|
Mie,
bakso, kerupuk, tahu, empek-empek, batagor, pangsit, lontong.
|
Formalin
|
Mie,
bakso, kerupuk, tahu
|
Benzoat
|
Sirup,
limun, saus, manisan
|
Sorbat
|
Sirup,
saus, makanan lain.
|
Pemanis
:
|
|
Sakarin
|
Sirup,
limun, kue basah, manisan, es mambo
|
Siklamat
|
Sirup,
limun, manisan, es campur, es cendol, es kelapa, es mambo
|
*Fardiaz
( 1997 )
**
biru berlin, carmoisin, ponceau 4R, sunset yellow, tartrazin.
BTP terlarang
yang ditemukan adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti
Amaranth, Auramin, Methanyl Yellow, dan Rhodamin B, sedangkan pengawet
berbahaya seperti boraks clan formalin,
dan pengawet diizinkan dengan
jumlah terbatas adalah benzoat dan sorbat serta pemanis buatan seperti sakarin
dan siklamat. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung bahan-bahan
berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol, bakso,
empek-empek, mie dan manisan.
Hasil penelitian Budiarso et al. (1983) pada mencit dan tikus
menunjukkan bahwa Methanyl Yellow dan Rhodamin B dapat menghambat pertumbuhan,
menyebabkan diare, bahkan kematian, sekalipun dosis yang diberikan cukup
rendah. Disarnping itu Rhodamin B juga menyebabkan kanker hati pada mencit (17
%), kanker limfa pada tikus (8 %) dan dilatasi kantung air seni pada tikus
(11%).
Tabel 2. Produksi bahan tambahan pangan oleh
mikroba*
Bahan
tambahan pangan
|
fungsi
|
Mikroorganisme
|
Asam
asetat
N-asetil
tripeptida
D-arabitol
B-karoten
Krisogenin
Asam
sitrat
Sitronelol
Kurdian
Diasetil
Dekstran
Emulsifier
Ester
asam lemak
y-
dekalakton
Geraniol
Gliserol
Asam
glutamat
Asam
laktat
Leusin
Lisin,
metionin
Manitol
Metanol
3-Metoksiisopropil
pirazin
|
Asidulan
Penegas
Kekebalan
Gula
Pigmen
Pigmen
asidulan
Citarasa
buah
Pengental
Citarasa
mentega
Pengental
Emulsifikasi
Fragrans
buah
Fragrans
peach
Fragrans
mirip
bunga
mawar
Humektan
Penegas
rasa
Asidulan
Asam
amino
Asam
amino
Gula
Citarasa
( flavor )
Bau
kentang
|
Acetobacter
pasteurianus
Bacillus
cereus
Candida
diddensii
Blakeslea
trispora
Penicillium
chryssogenum
Aspergillus
niger
Ceratocystis
spp
Alcaligenes
faecalis
Leuconostoc
cremoris
Streptococcus
lactics
Leuconostoc
mesenteroides
Candida
lipolytica
Pseudomonas
spp
Sporobolimyces
odorus
Kluyveromyces
lactis
Bacillus
licheniformis
Corynebacterium
glutamicum
Streptoccoci
dan lactobacilli
Brevibacterium
lactofermentum
Corynecbaterium
glutamicum
Torulopsis
mannitofaciens
Pseudomonas
putida
Pseudomonas
perolens
|
*)wasseman
et al., 1988 ; Mittal, 1992.
a. Bahan Citarasa Hayati
Mikroorganisme dapat memberikan sifat citarasa kompleks yang sulit
ditiru secara ekonomis melalui pencampuran berbagai senyawa kimia. Sistem
citarasa seperti ini yang penting adalah berupa asam-asam lemak dan metil
keton. Produk yang dihasilkan pertama kali melalui fermentasi pada skala besar
adalah yang dikenal sebagai lemak susu terlipolisis (Pangier, 1969), dimana
krim yang diberi kultur diarahkan untuk
menghasilkan asam-asam lemak tertentu yang akan memberikan karakteristik
citarasa yang berbeda pula seperti pada keju Romano, Provolon dan Swiss
(Kanisawa et al., 1982).
Senyawa penegas rasa yang populer di Indonesia adalah
MSG (mono sodium glutamat) yang diproduksi oleh Colynebacterium glutamicum. Saat ini telah diproduksi dua jenis penegas rasa nukleotida yaitu inosin 5'-monofosfat (5'-IMP) dan guanosin 5'-monofosfat (5'-GMP) yang mempunyai kemampuan mempertegas rasa yang lebih besar (20x) bila dicampur dengan MSG. Hal ini merupakan aspek yang paling menarik karena berarti dapat mengurangi penggunaan MSG sekecil mungkin, sehingga mengurangi terjadinya efek negatif dari MSG yang dikenal dengan "sindroma restoran Cina" seperti kulit menjadi merah, gatal, atau rasa terbakar, pusing dan mual (Nagodawithana, 1992). Substrat yang digunakan untuk memproduksi 5'-IMP dan 5'-GMP adalah asam ribonukleat yang diperoleh dari ekstrak kamir makanan yang dipecah secara enzimatik menggunakan nuklease atau dengan fermentasi secara langsung oleh bakteri Streptomyces aureus (Bigelis, 1992).
MSG (mono sodium glutamat) yang diproduksi oleh Colynebacterium glutamicum. Saat ini telah diproduksi dua jenis penegas rasa nukleotida yaitu inosin 5'-monofosfat (5'-IMP) dan guanosin 5'-monofosfat (5'-GMP) yang mempunyai kemampuan mempertegas rasa yang lebih besar (20x) bila dicampur dengan MSG. Hal ini merupakan aspek yang paling menarik karena berarti dapat mengurangi penggunaan MSG sekecil mungkin, sehingga mengurangi terjadinya efek negatif dari MSG yang dikenal dengan "sindroma restoran Cina" seperti kulit menjadi merah, gatal, atau rasa terbakar, pusing dan mual (Nagodawithana, 1992). Substrat yang digunakan untuk memproduksi 5'-IMP dan 5'-GMP adalah asam ribonukleat yang diperoleh dari ekstrak kamir makanan yang dipecah secara enzimatik menggunakan nuklease atau dengan fermentasi secara langsung oleh bakteri Streptomyces aureus (Bigelis, 1992).
Berbagai komponen tunggal citarasa yang penting dalarn industri
pangan juga diproduksi oleh mikroorganisme seperti diasetil (rasa mentega),
asetaldehida, lakton, ester, pirazin (citarasa "panggang" atau
"kacang"), komponen hijau ("aldehida daun" dan
"alkohol daun"), dan minyak mostard (mustard oil). Berbagai galur
Candida telah diteliti dapat menghasilkan a-dekalakton yang merupakan aroma
tipikel dari buah peach dan prosesnya sudah dipatenkan di Eropa (Farbood clan Willis, 1983). Saat ini, senyawa
lakton diproduksi dengan cara sintesis kimia (Mittal, 1992).
Senyawa ester yang dikaitkan dengan aroma buah-buahan pada makanan
dan minuman diproduksi oleh
berbagai jenis fungi. Ceratocystis
moniliformis telah diketahui mempunyai potensi sebagai sumber konsentrat
citarasa berbagai jenis ester (Lanza et al., 1976). Beberapa jenis fungi lain seperti Saccharomyces,
Penicillium. Candida dan Hansenula anomala juga dapat memproduksi ester etilasetat,
iso amilasetat (aroma pisang) dan etil laurat (Jenie et al., 1996a).
b.
Pengawet
Hayati Alami
Pengawet hayati makanan
merupakan pengawet yang cukup aman karena diproduksi dari alam yaitu hayati
seperti misalnya asam asetat dan asam sitrat yang diproduksi melalui proses
fermentasi Aspergilus niger, hidrogen peroksida dan lain-lain. pengawet
ini merupakan anti mikroba yang dapat menghentikan aktivitas pembusukan oleh
mikroorganisme.
Senyawa antimikroba yang saat ini diperhitungkan adalah
Bakteriosin. Bakteriosin mengandung protein BM rendah yang mempunyai spektrum
aktivitas antimikroba yang sempit atau lebar dan bakteri penghasilnya adalah
bakteri asam laktat terutama Lactococcus lactis. Lactis yang memproduksi
nisisn yang notabennya relatif stabil terhadap panas, pH rendah, aktif terhadap
bakteri gram positif dan aman digunakan dan diperkenankan untuk digunakan dalam
makanan kurang lebih pada 50 negara.
c.
Bahan
Pewarna
Pewarna sintetik marak
digunakan sekarang ini, selain sintetik sebenarnya kita bisa memakai bahan
pewarna alami dimana biasanya terbuat dari buah, sayur, atau daun tetapi
sebenarnya banyak juga yang terbuat dari mikroorganisme seperti:
·
Jenis kapang Monascus
purpureus yang memproduksi pigmen merah yang biasa dikenal dengan angkak.
Angkak mempunyai sifat antimikroba terutama terhadap Bacillus sp. Angkak
bisa diproduksi dengan substrat limbah makanan seperti ampas tahu, dedak &
onggok, serta limbah cair dan padat tapioka.
·
Kapang oncom
merah dari Khamir Rhodotorula glutinis dan Neuropora (Monilia)
sitophila untuk pigmen karotenoid ( kuning sampai merah jingga) yang
terdiri dari 60% beta karoten, 16% Likopen, 14% alfa karoten, dan 7% alfa
zeakaroten yang bermanfaat bagi tubuh kita
d.
Vitamin
Riboflavin murni
diproduksi melalui sintesin mikroba Eremothecium ashbyi. Vitamin B12
diproduksi oleh berbagai jenis bakteri, tetapi yang mampu menghasilkan dalam
jumlaj tinggi adalah Stretomyces grieseus. Vitamin-vitamin seperti B2,
B12, C dab D, yang diproduksi oleh mikroba dapat disintesis lebih
efisien dengan menggunakan teknik rDNA.
e.
Protein
Sel Tunggal (PST) dan Minyak Sel tunggal (MST)
PST
bisa dihasilkan melalui glukosa dari singkong/produk berpati lain dengan
memanfaatkan limbah pengalengan dan pengolahan pangan untuk pembuatan
khamirnya. Kapang fusarium dapat memproduksi protein yang dapat diolah
menjadi produk dengan tekstur mirip daging.
Proses
produksi minyak sel tunggal oleh mikroba serupa dengan PST. Trigliserida
yang dihasilkan oleh Candida mempunyai titik cair serupa dengan mentega
coklat. Asam-asam lemak terbanyak adalah oleat, palmitat, linoleat, sterarat
dan palmitoleat.
f.
Bagan
Tambahan Pangan Lain
Bahan tambahan pangan
lain yang diproduksi mikroorgansme diantaranya:
· Skleroglukan,
diproduksi oleh Sclerotinum rolfsii digunakan untuk pensuspensi, pelapis
dan pembentuk gel dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam anak ayam dan
tikus
· Khamir
dan Candida lipolytica, memodifikasi lemak melalui fermentasi dan
menjadikan hilangnya kolesterol dan
lemak hewan
· Asam
lemak esensial seperti omega-3 dipercaya mengurangi resiko jantung koroner,
sayangnya proses pembuatan melalui ikan mengurangi kadar omega-3 nya. Maka
omega-3 dapat diproduksi oleh mikroorganisme kapang Mucorales yang dapat
ditemukan pada ragi, tapai ketela, tapai ketan hitam, oncom merah.
III.
POTENSI
BIOTEKNOLOGI DALAM PRODUKSI
MAKANAN/MINUMAN
MENYEHATKAN
a.
Makanan
dengan Dimensi Ketiga: Produksi Susu Asidofilus
Seiring perkembangan
zaman makanan memiliki 3 dimensi fungsi dan peran dari awal hanya untuk
memenuhi perut sampai gizi dan manfaat bagi kesehatan, berikut adalah 3 dimensi
makanan:
·
Dimensi I: Mouthfeel
atau kesan pertama ketika dimulut. Ini meliputi sensori secara lengkap meliputi
unsur rasa, tekstur, aroma dan warna.
·
Dimensi II:
dimensi sensori dan dimensi gizi, dimana makanan harus mempertimbangkan
ketersediaan hayati (bioavailability) dari komponen gizi dan protein,
lemak, karbohidrat mineral dan vitamin dari segi nutrisi.
·
Dimensi III:
Makanan Kesehatan (Health Food) yaitu makanan yang mengandung niali gizi
tinggi yang selanjutnya disebut juga probiotik. Probiotik awalnya adalah pakan
ternak untuk memperbiki mikroba usus dari ternak da istilah ini sekarang juga
digunakan dalam konsumsi sebagai bahan tambahan pangan untuk kesehatan gizi dan
kehidupan.
a.1. Produk Susu Asidofilus
Produk
ini adalah slaah satu produk probiotik yang biasa kita makan sehari-hari.
Produk ini lebih dikenal di masyarakat sebagai susu fermentasi dan di Indonesia
khususnya sumatra barat mempunyai produk probiotik khasnya yaitu dadih atau
susu kerbau fermentasi. tetapi produk susu fermentasi yang lebih moderen dan
streil adalah yakult dari jepang. Bakteri yang ada dalam susu fermentasi
gampang sekali menurun jika disimpan di suhu kamar, maka dari itu harus
diletakkan di kulkas untuk mempertahankan bakteri Lacidophilus yang
sangat baik untuk tubuh.
a.2
Dimensi Gizi
Dimensi
gizi yang penting dari produk susu asidafilus ini adalah kadar laktosa yang
rendah, karena laktosa susu dipecah sebagian dan diubah menjadi asam laktat
oleh bakteri asidofilus sehingga susu lebih mudah dicerna. Konsentrasi vitamin
umumnya lebih rendah dalam susu fermentasi karena dikonsumsi oleh bakteri dalam
proses pertumbuhan dan perbanyakan sel. Akan tetapi asam folat, tetap tinggi
dan meningkat selama proses fermentasi (Salji, 1992). Beberapa galur L.
acidophilus tertentu mampu memproduksi asam nikotinot, asam askorbat, vitamin
B12 dan asam folat.
a.3
Klaim Khasiat dan Menyehatkan
Klaim
kesehatan yang dikaitkan dengan laktobasili usus, pertama kali diusulkan oleh
Ilya Metchnikoff seorang pakar bakteriologi dari Rusia yang memperoleh hadiah
Nobel pada tahun 1908. Dari studi pionirnya ini, disimpulkan bahwa pembusukan
(putrefeksi) yang terjadi di dalam usus besar menghasilkan senyawa Autointoksikasi.
Proses inilah yang menjadi penyebab terjadinya penuaan, uzur dan kematian alami
pada manusia. Untuk menghilangkan bakteri pembusuk ini, disarankan untuk
menelan sejumlah besar susu asam Bulgaria yang mengandung Bacillus
acidophilus. Bakteri asam laktat ini akan tinggal di dalam alat pencernaan
dan menekan pembentukan racun dengan menghaslkan lingkungan asam yang tidak
mendukung pertumbuhan bakteri pembusuk.
Khasiat
lain yang telah diteliti pada manusia adalah terjadinya stimulasi system
kekebalansetelah mengkonsumsi bakteri asidofilus. Walaupun demikian, bukti
klinis ini masih dianggap belum cukup untuk dapat dianggap konklusif saat ini
(Salji, 1992). Adanya efek antitumor
(antikarsinogenik) dari Bifidobacterium juga telah diteliti
(Kohwi et al., 1982 dan Tsuyuki et al., 1982).
b.
Pangan Fermentasi Tradisinal
Banyak
pangan fermentasi yang sudah lama dikenal di Indonesia tersebar di berbagai
daerah tertentu seperti misalnya di Jawa Barat adalah tempe, oncom, tape beras,
tape singkong (peuyeum), tauco, kecap, acar ketimun, dan ikan peda sedangkan di
Jawa Tengah (Yogyakarta) dikenal gatot dan growol, di Pontianak dikenal
tempoyak, di Manado dikenal bakasam, dadih di Sumatera Barat dan brem di Bali.
Dengan dicanangkannya program ACMI (Aku Cinta Makanan Indonesia) oleh
MenPangan, maka pengembangan pangan fermentasi ini juga termasuk didalamnya.
b.1 Tempe
disamping
itu tempe tidak hanya memiliki dimensi kedua yaitu kandungan gizi yang baik
tetapi juga dimensi ketiga dengan berbagai khasiat yang sudah banyak diteliti
diantaranya dapat menyembuhkan diare (Mahmud, 1987, Sibarani, 1995).
Pertumbuhan
anak-anak yang mengalami diare ternyata lebih baik bila ke dalam dietnya
dimasukkan tempe (Partawihardja,1990. Demikian pula penelitian pemberian
minuman sari tempe pada tikus (Sulaeman et.al., 1995) ternyata dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dalam upaya pencegahan penyakit diare.
Tempe
juga telah diteliti pada pasien-pasien dengan hiperlipidemia dapat menurunkan
kolesterol total, kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein) dan
meningkatkan kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein) (Brata-Arbai,
1994). Efek hipokolesterolemik dari tempe ini diduga disebabkan oleh kandungan
protein, PUFA, serat, niasin, vitamin E, karotenoid, isoflavon dan kalsium.
Khasiat
lain tempe adalah adanya zat antioksidan yang mencegah terjadinya peroksidasi
lipid. Menurut Astuti (1993), di dalam tempe terdapat enzim superoksida
dismutase yang diduga berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang berperan
dalam proses penuaan.
b.2 Oncom
Oncom
hitam yang terbuat dari bungkil kacang tanah tidak sepopuler tempe, tetapi
produk ini sebenarnya mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai makanan
menyehatkan mengingat selama proses fermentasi terjadi peningkatan gizi
terutama dalam kandungan riboflavin, niasin dan tiamin (Beuchat, 1976).
Neuspora intermedia diketahui dapat menghilangkan sukrosa, rafinosa dan
stakiosa yang dikenalsebagai penyebab kembung, selama proses fermentasi
(Beuchat, 1995). Oncom merah yang terbuat dari ampas tahu dan difermentasi oleh
Neurospora sp. menghasilkan karotenoid yang dapat digunakan sebagai
sumber provitamin A.
IV.
PROSPEK APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN DI MASA DEPAN
a.
Pengembangan
Galur-galur Unggul Lokal
Dengan berkembangnya teknik - teknik rDNA yang tersedia saat ini
juga memungkinkan ditingkatkannya aktivitas biosintetik dari kapang seperti Monascus
sp dan Neurospora sp untuk
produksi pigmen angkak dan karotenoid sebagai pigmen alami pengganti pewarna
sintetik.
Kultur starter bakteri asamlaktat,
juga dapat digunakan di masa mendatang untuk memperpanjang masa simpan bahan
pangan nonfermentasi yang diinginkan (Gould,1992, Hanlin dan Evancho, 1992,
Jenie, et.al.1996).
Kapang oncom berfilamen seperti N.
intermedia dapat menerima manipulasi genetika, dengan tujuan menginduksi
produksi berbagai jenis enzim dan metabolit penting lainnya (Bigelis, 1992).
Kebusukan pasca panen produk
buah-buahan, sayuran dan biji-bijian oleh kapang menyebabkan kerugian/susut
ekonomis yang cukup besar. Beberapa kamir ditemukan dapat menghambat
pertumbuhan kapang gudang biji-bijian dan penyakit kapang pada jeruk dan apel
(Bjorberg dan Schnuren, 1993, McLaughlin et.at., 1990).
b.
Pengembangan
mutu makanan tradisional Indonesia
Sebagai sumber protein dengan
berbagai khasiat yang sudah banyak diteliti seperti mencegah diare dan
mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan yang sedang diteliti adalah
kemungkinan mencegah penuaan dini, maka tidak pelak lagi, tempe mempunyai
prospek yang semakin membaik di masa depan.
Baru-baru ini diberitakan bahwa
saat ini ini sedang diteliti suatu fitoestrogen yang disebut genistein
yang terdapat di dalam kedelai yang dipercaya dapat mencegah kanker oleh para
ahli medis dari Universitas North Carolina (UNC-CH) di Amerika Serikat.
Produk-produk tauco dan kecap
mempunyai peluang untuk menerima aplikasi bioteknologi. Prioritas utama adalah
pengembangan galur-galur A. oryzae dengan kemampuan menghasilkan enzim
yang istimewa dan penggunaan kamir osmotoleran yang dimodifikasi secara
genetika yang mampu memproduksi vitamin dalam jumlah tinggi dan memprodusi
citarasa khas.
Galur-galur Acetobacter xylinum
yang biasa digunaan untuk membuat nata de coco dari air kelapa mungkin dapat
direkayasa untuk menghasilkan serat makanan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Serat makanan bermanfaat untuk mencegah kanker kolon (usus).
Produk-produk fermentasi menyerupai
yogurt, yakult dan kefir dapat dibuat menggunakan kacang-kacangan seperti
kedelai, kacang hijau, kacang merah,kacang tolo dan ubi jalar, beberapa
penelitian menunjukkan proses fermentasi yang diterapkan dapat menghasilkan
sifat antimikroba pada susu kedelai fermentasi (Jenie et.al., 1996c), serta
pengurangan senyawa antinutrisi pada kacang merah dan kacang tolo fermentasi
(Zakaria dan Soesanto, 1996).
c.
Pengembangan
produk Pangan Baru
Produk Pangan Unik
Rendah Kalori. Pengembangan lemak dan minyak kalori
rendah diawali dengan mendorong produksi asam-asam lemak rantai pendek dan
minyak-minyak nabati yang umum digunakan. Produk-produk baru rendah antara lain
keju rendah lemak dan keju rendah kolesterol.
Pemanis non-gizi alami.
Protein yang berfungsi sebagai pemanis dan pemodifikasi citarasa adalah
bahan-bahan seperti aspartame, thaumatin, monelin dan steviosol. Thautamin
dengan nama dagang Talin adalah senyawa yang paling manis di dunia yaitu 2500
kali lebih manis dari sukrosa (Mittal, 1992).
Citarasa “Savory”.
Dimasa mendatang akan dapat diperoleh produk berupa peptide dengan citarasa
daging.peptida dapat digunakan sebagai bahan tambahan citarasa dan penegas rasa
seperti 5’-IMP dan 5’-GMP sebagai alternative MSG.
Xenozim. Xenozim
atau enzim yang sudah direkayasa dapat diciptakan darienzim-enzim melalui
modifikasi kimia, mutasi acak, rekayasa sisi-spesifik genetika dan protein
(Morris, 1986).
d. Keamanan Produk Probiotik dan Hasil RekayasaGenetika
Pasal 13 Undang-Undang No. 7 Tahun
1996 tentang Pangan (Forum Komunikasi Pangan,1997) menyatakan bahwa setiap
orang yang memproduksi pangan atau menggunakan bahan baku, bahan tambahan
pangan, dan atau bahan lain dalam kegiatan atau proses rekayasa genetika wajib
terlebih dahulu memeriksakan keamanan panagan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan.
Kenyataan bahwa ingredien yang umum
digunakan dalam pembuatan probiotik manusia adalah Enterococcus faecium sudah
cukup merupakan tanda bahaya. Enterokoki terkenal karena bersifat resisten
terhadap antibiotic. Oleh karena itu adalah bijaksana bila galur-galur Enterococcus
spp yang digunakan dalam pembuatan probiotik tidak resisten terhadap
antibiotic apapun, terutama vankomisin ( Salyer, 1995).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah
kami adalah:
1.
Ruang lingkup bioteknologi pangan didefinisikan sebagai penggunaan secara terpadu biokimia,
mikrobiologi serta rekayasa biokimia, genetika dan proses untuk menghasilkan
produk-produk dari mikroorganisme dan kultur sel
2.
Potensi bioteknologi dalam produksi makanan dan
minuman yang menyehatkan adalah penggunaan bahan-bahan alami yang bisa
digunakan untuk pewarna seperti kapang Monascus purpureus. Dan pengawet berbahan dasar hayati
seperti Bakteriosin
serta perasa alami seperti fungi
lain seperti Saccharomyces, Penicillium dll.
3.
Prospek aplikasi bioteknologi pangan di masa depan
adalah dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti diatas, karena diprediksi
gaya hidup manusia pada masa datang adalah gaya hidup yang sehat. Dengan itu
maka bioteknologi denga nbahan dasar alami sangatlah prospektif di masa datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 1988. Food biotechnology. Can. Inst. Food Sci. Technol. J., 21 (4) :334.
Beuchat, L.R. 1976. Fungal fermentation ofpeanut press cake. Econ.
Bot . 30: 227.
Beuchat, L.R. 1995.
Application of biotechnology to indigenous fermented foods. Food Technol. 49 (91)
: 97.
Bigelis, R. 1992. Flavor metabolites and enzymes fiom filamentous
fungi. Food Technol. 46 (11): 151.
Bjonberg, A. and Schnurer,
J. 1993. Inhibition of the growth of grain-storage molds in vitro by
the yeast Pichia anomala
(Hansen) Kurtzman Canadian Journal of Microbiology 39 : 623.
Board, R.G. and Gould, G.W. 1991. Future prospects. In: Food
Preservatives. Gould, G.W. and Russell, N.J. (eds.). Blackie, Glasgow, UK, pp. 267-284.
Brata-Arbai, A.M. 1995. Tempe dan sifat-sifat hipokolesterolemik.
Beberapa pengamatan sifat-sifat hipokolesterolemik tempe pada pasien-pasien
hiperlipidemia. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional. RI. Hal. 83-94.
Brown, C.M., Campbell, I. And Priest, F.G. 1987. Introduction to
Biotechnology. London :Blackwell Sci. Pub.
Budiarso, I.T., Nainggolan-Sihombing, G. dan Oey, K.N. 1983.
Kelainan patologi pada mencit dan tikus disebabkan zat warna rhodamin B dan
metanil yellow. Buletin Penelitian Kesehatan IX (1) :36.
Colombel, J.F., Cortot, A., Neut, C., and Romond, C. 1987. Yogurt
with Bifidobacterium longum reduces
erythromycin-induced gastrointestinaleffects. The Lancet, July 4, p. 43.
Davies, B.H. and Rees, A.F. 1973. 7', 8', 11', 12"-tetrahydro-gamacarotene: A novel carotene
fiom Phycomyces blakesleeanus.
Phytochemistry 12 : 2745.
De Vuyst, L. and Vandamme, E.J. 1994. Lactic acid bacteria and bacteriocins: their
practical importance. In: Bacteriocins
of Lactic Acid Bacteria Microbiology, Genetics and Applications. De Vuyst, L.
and Vandamme, E.J. (eds) Blackie Academic& Professional. London.
Delves-Broughton, J. and Gasson, M.J. 1994. Nisin. In: Natural Antimicrobial Systems and Food Preservation.. Dillon, V.M and Board, R.G. (eds) universi6 of Reading, Whitelolights, UK. pp. 99-131.
Delves-Broughton, J. and Gasson, M.J. 1994. Nisin. In: Natural Antimicrobial Systems and Food Preservation.. Dillon, V.M and Board, R.G. (eds) universi6 of Reading, Whitelolights, UK. pp. 99-131.
Dillon, V.M. and Cook, P.E.
1994. Biocontrol of undesirable microorganisms in food. In: Natural Antimicrobial
Systems and Food Preservation. (eds.) Dillon, V.M and Board, R.G. University of
Reading, Whiteknights,UK. P. 255-296.
Djafar, I.R. 1987. Pengaruh
cahaya terhadap biosintesis karotenoida dalam bakteri Flavobacterium dehydrogenans dengan
media limbah industri makanan (ampas tahu dan ampas kelapa). Skripsi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Earnshaw, R.G. 1992.
The antimicrobial action of lactic acid bacteria : natural food preservation
systems. In: The Lactic Acid Bacteria. Wood, B.J.B. (ed). Vol. 1, The Lactic
Acid Bacteria in Health and Disease. Elsevier, London, UK, pp. 211-232.
Fabre, C.E., Santerre, A.L., Loret, M.O., Baberian, R.,
Pareilleux,
a A., Goma, G. and Blanc, P.J. 1993. Production and food applications of the red pigments of Monascus ruber. J. Food Sci. 58 (5): 1099.
a A., Goma, G. and Blanc, P.J. 1993. Production and food applications of the red pigments of Monascus ruber. J. Food Sci. 58 (5): 1099.
Fardiaz, S., Jenie, B.S.L., Nuraida, L., Apriyantono, A. dan Rahayu,
W.P. 1995. Penerapan Bioteknologi Dalam Produksi Pigrnen Untuk Bahan Pewarna
Makanan Menggunakan Substrat Limbah Industri Pangan. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing II/2. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Fardiaz, S., Jenie, B.S.L., Nuraida, L., Apriyantono, A. dan
Rahayu, W.P. 1996. Penerapan Bioteknologi Dalam Pmduksi Pigmen Untuk Bahan
Pewarna Makanan Menggunakan Substrat Limbah Industri Pangan. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing II/3. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Fardiaz, S. 1997. Penggunaan bahan tambahan makanan dalam makanan
jajanan. Makalah Temu Karya Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) oleh
Industri Pangan. Jakarta, 25 Februari, 1997.
Frazier, W. C. and Westhoff, D.C. 1988. Food. Microbiology.
McGraw-Hill Book Company. New York.
Glatz, B.A., Harnmond, E.G., Hsue, K.H., Baehman, L., Bati, N.,
Bednarski, W., Brown, D. and Floetenmeyer, M. 1984. Production and modification
'of fats and oils by yeast fermentation. In: Biotechnology for The Oils and
Fats Industry. Ratledge, C., Dawson, P. and Rattray, J. (eds). Am. Oil Chemists Soc., pp. 163- 176.
Haas, M.J. 1984. Methods and applications of genetic engineering.
Food Technol. 38 (2) :69.
Hull, R.R., Conway, P.L. and Evans, A.J. 1992. Probiotic foods – a
new opportunity. Food Australia 44 (3) : 112.
ICMSF. 1996. Proceedings of the 29" General Conference of the
International Commission on Microbiological Specifications for Foods. Pretoria,
South Afiica, May 21-28,1996.
Jenie, B.S.L. 1990. Fmentasi asam sitrat menggunakan sel imobil. Jurnal Mikrobiologi
Indonesia. 1 (1): 15-18.
Jenie, B.S.L. dan Fachda, F. 1991. Pemanfaatan onggok dan dedak padi
untuk produksi pigmen angkak oleh Monascus
purpureus dengan
sistem fennentasi cair. Pertemuan Ilmiah Tahunan PERMI, Bogor, 2-3 Desember
1991.
Jenie, B.S.L. dan Kuswanto.
1994. Aktivitas antimicroba dari pigmen angkak yang diproduksi oleh Monasnrs purpuracs terhadap beberapa microba patogen dan
perusak makanan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan PERMI, hal. 53-62.
Bogor, 10 Desember, 1994.
Bogor, 10 Desember, 1994.
Jenie, B.S.L., Ridawati dan Rahayu, P.R. 1994a. Produksi angkak oleh
Monascus purpureus dalam
medium limbah cair tapioka, ampas tapioka dan ampas tahu. Bul. Teknol. Dan Industri pangan. 5 (3) :60-64.
Jenie, B.S.L. ,Helianti dan Fardiaz, S. 1994b. Pemanfaatan limbah padat
tahu dan tapioka untuk
produksi pigmen merah oleh Monascus
purpuracs. Bul. Teknol. dan Ind. Pangan. 5(2) : 22-29.
Jenie, B.S.L. 1995. Utilization oftapioca solid wastes and rice
bran to produce red pigments by Monascus
purpureus in to& solid liquid waste medium. hdonesian
Food and Nutrition Progress. 2 (2) :24-29.
Jenie, B.S.L., Rahayu, W.P., Apriyantono, A., Widjaja, H. dan
Faridah. 1996a. Produksi senyawa aroma oleh beberapa jenis fungi dalam media limbah 'pengolahanbuah-buahan. J.
Ilmu dan Tek. Pangan. l(2)
:8-14.
Jenie, B.S.L., Candrasari, E.Y. dan Nuraida, L. 1996c. Aktivitas
antimikroba dari susu kedelai yang difermentasi oleh Lactobacillus casei terhadap mikroba patogen rnakanan.
J. Ilrnu dan Teknol. Pangan l(1): 16-26.
Kanisawa, T. Yamaguchi, T., and Hattory, S. 1982. Nippon shokuhin kogyo gakkaishi.
26 : 693.
Kohwi, Y., Hashimoto, Y., and Tamura, Z. 1982.
Antitumor and immunological adjuvant effect of Bifdobacterium infantis in mice.
Bifidobacteria Microflora 1:61.
Kusumaningrum, H.D., Anggraeni, M. dan Saefullah, A. 1996. Peningkatan kadar vitamin B12
dalam yogurt ubi jalar dab kacang merah melalui kombinasi starter yogurt dengan
Propionibacterium freudenreichii.
J. Ilmu dan Teknol. Pangan 1 (1): 34.
Lommi, H. 1990. Immobilized
yeast for maturation and alcohol freebeer. Brew. Distill. Intl. 21 (5): 22.
Mahmud, M.K. 1987. Peranan
makanan bayi formula tempe dalarn penanggulangan masalah diare pada anak
balita. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Meghrous, J., Euloge, P., Junelles, A.M., Ballongue, J. and
Petitdemange, H. 1991. Screening
of Bifidobacterium strains
for bacteriocin production. Biotechnology Letters 12,575.
Mitsuoka, T. 1989. "Microbes
in the intestine", Yakult Honsha Co., Ltd., Tokyo, Japan.
Mittal, G.S. 1992. Food
biotechnology techniques and applications. School of Engineering University of
Guelph, Ontario, Canada.
Morris, C.E. 1986. Breakthroughs
in biotechnology. Food Eng. 58 (2) :50.
Nagodawithana,T. 1992. Yeast-derived
flavors and flavor enhancers and their probable mode of action. Food Technol. 42 (11) : 138.
Rauch, P.J. and De Vos, W.M. 1992. Characterization of the novel
nisin-sucrose conjugative transposon Tn5276 and its insertion in Lactococcus lactis. J.
Bacterial. 174: 1280.
Ray, B. 1992. The need for food biopreservation. In : Food
Biopreservatives ofMicrobial Origin.
Ray, B. and Daeschel, M. (4s). CRC Press, Boca Raton, Florida,
USA, pp. 1- 23.
Salji, J.P. 1992. Acidophilus
milk. Encyclopedia ,ofFood Science, Food Technology and Nutrition Academic Press Limited (In Press).
Salyers, A;A. 1995. Molecular biology intelligence unit. Antibiotic Resistance Transfer in The Mammalian Intestinal Tract: Implications for Human Health, Food Safety and Biotechnology.R.G.Landes Company. Texas, USA.
Salyers, A;A. 1995. Molecular biology intelligence unit. Antibiotic Resistance Transfer in The Mammalian Intestinal Tract: Implications for Human Health, Food Safety and Biotechnology.R.G.Landes Company. Texas, USA.
Shifiin, N.S. 1984. Oils
h mmicro algae. In: Biotechnology for the Oils and Fats Industry. Ratledge, C., Dawson, P. And Rattray, J.
(eds). Am. Oil Chemists Soc., pp.
145-162.
Smith, J.E. 1985. Biotechnology
Pinciples.: Arner. Soc.
Of Microbial.
Washington D.C.
Sulaeman, A., Rustiawan, A, Sibarani, A, Septina, N., Marahastuti, K, Susanti, I dan Rindrani, Y. 1995. Khasiat minuman sari
tempe sebagai alternatif penanggulangan diare. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat
Makanan Tradisional.
Hal. 289-297.
Supari, F. and Rilantono, L.I. 1995. Optimasi rasio kadar asam
lemak Omega 610mega-3, ketahanan sel otot jantung dan proses ketuaan. Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan
Tradisional.Hal. 95-98.
Tojo, M., Oikawa T., Morikawa, Y., Yarnashita, N., Iwata, S.,
Satoh, Y., Hanada,
J. and Tanaka, R. 1987. The effects of Bifidobacterium
breve administration on Campylobacter enteritis. Acta Paediatr.
Jpn. 29 : 160.
Wong, H.C.and Koehler, P.E. 1983.
Production ofred water soluble
Monascus pigment. J. Food Sci.48 : 27.
Monascus pigment. J. Food Sci.48 : 27.
Lampiran
Tanya Jawab
1. Pertanyaan Kelompok 6 (Rossy Rahmawati S.)
Galur-galur
unggul apa saja yang bisa mengganti pewarna sintetis ?
Jawaban : galur-galur
unggul yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah jenis kapang seperti Monascus sp dan
Neurospora sp untuk produksi
pigmen angkak dan karotenoid sebagai pigmen alami pengganti pewarna sintetik. (Ema dan Misbah)
2. Pertanyaan Kelompok 4 (Yuna Ayu F.)
Apa fungsi
bahan tambahan pagan fragrans peach, fragrans mirip bunga mawar ?
Jawaban :
fragrans peach dan bunga mawar befungsi sbagai pembei aroma pada
makanan/minuman. (M. Misbakhudin)
3. Pertanyaan Kelompok 4 (Dwinur Ajar Destiyani)
Berapa lama
bahan bioteknologi bisa disimpan dan pada kondisi bagaimana ?
Jawaban :
bahan bioteknologi bisa bertahan lama apabila disimpan pada suhu kulkas
(proses pendinginan), contoh bahan
bioteknologi yang bisa bertahan lama pada suhu ruang yaitu pembuatan air kelapa
menjadi nata de coco dengan pemberian bakteri Acetobacter
xylinum (M.
Misbakhudin).
4. Pertanyaan Kelompok 2 (Kethut Chandra)
Apa yang
dimaksud asidulan ?
Jawaban :
asidulan (bahan pengatur keasaman) adalah bahan tambahan untuk menjaga tingkat
keasaman atau memberi rasa asam pada makanan. Beberapa contoh asidulan yaitu,
asam kalium tartar, ammonium bikarbonat, asam fosfat dan asam sitrat. (Yuni
pratiwi dan Andya Gilang).
Nama Kelompok
|
Tupoksi
|
Yuni Pratiwi
|
Mengerjakan BAB I dan BAB II
|
M. Misbakhudin
|
Mengerjakan Lanjutan BAB II
|
Ema LoviAndini
|
Mengerjakan BAB III dan Daftar Pustaka
|
Andya Gilang Prayoga
|
Membuat PPT
|
Nikmatul Khoiriyah
|
|
Stefanus
|
Presentasi tanggal 14 Desember 2015
M. Misbakhudin :
Moderator
Andya Gilang Prayoga :
Penyaji
Yuni Pratiwi :
Penyaji
Ema LoviAndini :
Penyaji dan Notulen
SOAL EKOLOGI PAGAN DAN GIZI KELOMPOK 5
- Jenis mikroorganisme dari bahan tambahan pangan asam sitrat adalah ?
a. Aspergillus
trispora.
b. Acebacter pasteurianus.
c. Aspergillus
niger.
d. Asidulan.
e. Ceratocystis
spp
Kunci Jawaban :C
- Fungsi dari bahan tambahan pangan diasetil adalah ?
a. Citarasa
buah.
b. Pengental.
c. Penegas
rasa.
d. Citarasa mentega.
e. Penegas
kekebalan
Kunci Jawaban : D
- Khasiat tempe adalah ?
a. Sebagai
zat antioksidan yang mencegah terjadinya peroksidasi lipid.
b. Menghasilkan
karotenoid yang dapat digunakan sebagai sumber provitamin A.
c. Meningkatkan
edibilitas secara enzimatik.
d. Menghasilkan
kandungan riboflavin.
e. Menghasilkan
kandungan niasin dan tiamin.
Kunci Jawaban : A
- Amaranth digunakan sebagai jenis bahan tambahan terlarang pada makanan apa ?
a. Bakpau.
b. Es
cendol.
c. Es
campur.
d. Es
kelapa.
e. Pisang
goreng.
Kunci Jawaban : C
- Yang termasuk Jenis pewarna tambahan terlarang dalam produksi bahan tambahan pangan menyehatkan adalah ?
a. Auramin.
b. siklamat.
c. Sakarin.
d. Benzoat.
e. Sorbat.
Kunci Jawaban : A
- Penyusun pigmen karotenoid dalam bioteknologi adalah:
a.
Khamir Rhodotorula
glutinis dan Neuropora (Monilia) sitophila
b.
Kapang Monascus purpureus
dan Khamir Scharomiches
c.
Lactococcus
lactis dan bakteriosin
d.
Aspergilus niger
dan
kapang Monascus purpureus
e.
Khamir Rhodotorula
glutinis dan Kapang Monascus
purpureus
Kunci
Jawaban: A
- Pigmen karotenoid salah satu bioteknologi untuk memberikan warna..
a.
Kuning sampai
merah jingga
b.
Hijau kekuningan
c.
Merah kekuningan
d.
Kuning muda
e.
Hitam
Kunci
Jawaban: A
- Bioavailability adalah. .
a.
Ketersimpanan
pangan
b.
Ketersediaan
pangan
c.
Kemampuan
memenuhi pangan
d.
Kekurangan
pangan
e.
Swasembada
pangan
Kunci
Jawaban: B
- Bateri paling baik dalam asidofilus/susu fermentasi adalah. .
a.
Lactobacillus
b.
Paramiesus
c.
Lacidophilus
d.
Neiserria
e.
Defimiora
Kunci
Jawaban: C
- Protein bioteknologi yang menyerupai tekstur daging adalah terbuat dari
a.
Kapang fusarium
b.
Khamir Rhodotorula
glutinis
c.
Khamir Scharomiches
d.
Kapang Monascus purpureus
e.
Lacidophilus
Kunci
Jawaban: A
No comments:
Post a Comment