Thursday, January 7, 2016

Makalah KESPRO



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH / IUFD)
1.    Defenisi
Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.

2.    Etiologi
a.      Fetal (penyebab 25-40%)
·      Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital
·      Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir premature.
·      Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
·      Janin yang hiperaktif. Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
b.      Placenta penyebab
·         Abruption
·         Kerusakan tali pusat
·         Infark plasenta
·         Infeksi plasenta dan selaput ketuban
·         Intrapartum asphyxia
·         Plasenta Previa 
·         Twin to twin transfusion S
·         Chrioamnionitis
·         Perdarahan janin ke ibu
·         Solusio plasenta

c.       Maternal  (penyebab 5-10%)
·         DM
·         Hipertensi
·         Trauma
·         kehamilan lewat waktu (posterrm)
·         Ruptur uterus
·         Postterm pregnancy
·         Obat-obat
Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG
3.    Tanda Dan Gejala
Ø Ibu tidak merasakan gerakan janin
Nilai DJJ Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang. Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal. Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler). Bila DJJ baik, berarti bayi tidur. Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal. Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
Ø Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan. Gerakan janin berkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu.
Ø Uterus tegang / kaku
Ø Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Ø Gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan
Ø Nyeri perut hebat Syok
Ø Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Ø Kontur uterus abnormal
Ø Abdomen nyeri
Ø Bagian – bagian janin teraba
Ø Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Ø Gerakan janin berkurang atau hilang
Ø DJJ abnormal (<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur meconium
Ø Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti
Ø Tinggi fundus uteri berkurang
Ø Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
Ø Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin
Tabel 1.1 Tanda dan gejala Kematian Janin
Gejala dan tanda selalu ada
Gejala dan tanda selalu ada
Diagnosa kemungkinan
·      Gerakan janin berkurang atau hilang
·      Nyeri perut hilang timbul atau menetap
·      Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu
·      Syok
·      Uterus tegang atau kaku
·      Gawat janin atau djj tidak terdengar
Solisio placenta
·       Gerakan janin dan djj tidak ada perdarahan
·       Nyeri perut hebat
·      Syok
·      Perut kembung atau cairan bebas intra abdominal
·      Kontur uterus abnormal
·      Abdomen nyeri
·      Bagian-bagian janin teraba
Rupture uteri
·      Gerakan janin berkurang atau hilang
·      Djj abnormal ( <100/menit atau >180/menit)
·       Cairan ketuban campur meconium
Gawat janin
·      Gerakan janin atau djj hilang
·      Tanda- tanda kehamilan berhenti
·      Tinggi fundus uteri berkurang
·      Pembesaran uteri berkurang
Kematian janin




4.    Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi Kematian Janin
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

5.    Faktor Resiko
a.    Faktor ibu
·      Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
·      Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
·      Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung.
·      Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
·      Berbagai penyakit pada ibu hamil.Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
·      Trauma saat hamil.Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."
·      Infeksi pada ibu hamil.Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."
·      status social ekonomi yang rendah
·      tingkat pendidikan ibu yang rendah
·      umur ibu yang > 30 tahun atau < dari 20 tahun
·      ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
·      ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
b.   Faktor bayi
·      Gerakan bayi yang berlebihan / liarGerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."
·      Kelainan kromosom.Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom."
·      Kelainan bawaan bayi.Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa engakibatkan kematian di kandungan.
6.    Manifestasi Klinis / Komplikasi
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak  masuk kedalam peredaran darah ibu tromboplastin¡ pembekuan intravaskuler  yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh terjadi pembekuan darah trombosit   Disseminated yang meluas  hipofibrinogenemia (kadar intravascular coagulation  fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.   Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya.
7.    Patofisiologi
Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:
·      Hipertensi atau tekanan darah tinggi
·      Preeklampsia dan eclampsia
·      Perdarahan
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
·      Kelainan kongenital (bawaan) bayi yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya
·      Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.
·      Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja,  bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
·      Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.
·      Kehamilan lewat waktu (postterm) Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
·      Infeksi saat hamil
Saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
·      Kelainan kromosom
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai berikut :
a.      Rigor mostis (tegang mati) 
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
b.      Stadium maserasi I 
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.
c.       Stadium maserasi II 
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.
d.      Stadium maserasi III 
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
8.    Penanganan
a.      Penanganan Umum
·         Berikan dukungan emosional pada ibu
·         Nilai DJJ
·         Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang 
·         Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan
b.      Penanganan Pada Masa Persalinan
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal. Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil. Bila pilihan penanganan persalinan adalah akspetif:
·         Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
·         Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
·         Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan
·         Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks
·         Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin
·         Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
B.       LAHIR MATI
1.    Definisi Lahir Mati
Lahir Mati adalah adalah keadaan bila kematian bayi terjadi sebelum lahir, tetapi setelah kehamilan 20 minggu atau lebih. Kebanyakan kematian sewaktu bayi masih di dalam rahim. Namun, 10 % terjadi sebelum persalinan. Menurut kamus kesehatan Kelahiran mati (stillbirth) adalah peristiwa atau kondisi yang terjadi sebelum espulsi lengkap atau ektraksi yaitu bayi mengalami kematian, hal ini hasil fertilisasi dari ibu pada atau setelah usia kehamilan 20 minggu. Kematian ditandai dengan fakta bahwa, setelah pemisahan tersebut, janin tidak bernapas atau menunjukkan bukti kehidupan lainnya seperti detak jantung, denyut tali pusat, atau gerakan otot sukarela tertentu. Jika janin meninggal sebelum ke-28, disebut aborsi atau keguguran.
2.      Penyebab Bayi Lahir Mati
Penyebab bayi lahir mati Salah satu penyebab bayi lahir mati yakni kekurangan gizi selama hamil. Kekurangan gizi yang terjadi pada ibu hamil tentu  dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin, dan apabila kekurangan gizi ini sangat fatal maka bisa mengakibatkan terjadinya keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia dan lain sebagainya.
Dengan jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun pun dapat menjadi penyebab bayi lahir mati, selain itu dapat juga menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, waktu persalinan terbilang cukup lama dan juga terjadinya perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
Penyebab lainnya yakni pengaruh asma pada ibu. Jadi jika terjadi asma maka janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Dan tentu saja jika keadaan hipoksia ini tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh fatal pada janin.
Penyakit lain pada ibu yang bisa menyebabkan bayi lahir mati yakni penyakit hipertensi dimana merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan. Penyakit hipertensi sendiri jika terjadi dalam masa kehamilan maka akan menjadi penyebab utama dari kematian bayi neonatal. Selain itu Ibu dengan penyakit hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan sering juga menyebabkan terjadi kelahiran prematur.
3.      Faktor Penyebab Bayi Lahir Mati
a.    ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya. Jika Ketuban Pecah Dini (KPD) yang disebabkan oleh berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi bisa berakibat fatal dan salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan berasal dari vagina dan serviks.
b.    Selain itu adanya perdarahan pada kehamilan diatas usia 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan bisa juga menjadi penyebab bayi lahir mati. Dan terjadinya komplikasi utama dari perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang menyebabkan anemia dan juga syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin buruk.
Jika adanya kelainan dalam pertumbuhan struktur sehingga bayi dilahirkan dengan kelainan kongenital dan pada umumnya bayi tersebut akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dengan Bayi Berat Lahir Rendah yang di barengi dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% maka akan meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
c.    infeksi hepatitis terhadap kehamilan yang bersumber dari adanya gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga dalam keadaan ini aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Dengan adanya pengaruh infeksi hepatitis ini maka bisa menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Itulah beberapa penyebab bayi lahir mati, untuk itu ibu hamil lebih disarankan untuk waspada pada perubahan apapaun yang terjadi pada bayi di dalam kandungan.
C.      KEMATIAN PERINATAL
1.      Definisi Kematian Perinatal
Kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung jumlah kematian masa perinatal tersebut dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati.
2.      Masalah Seputar Perinatal yaitu :
·      Anoksia / hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo– servik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan intrumen tertentu dan lahir dengan seksio Caesar. (Anonim, 2002)
·      Perdarahan otak akibat trauma lahir
Perdarahan dan anoksi dapat terjadi bersama–sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga menyebabkanhidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis. (Anonim, 2002)
·      Prematuritas
·      Berat badan lahir rendah
·      Postmaturitas
·      Primipara
·      Antenatal care
·      Hiperbilirubinemia
Bentuk CP yang sering terjadi adalah athetosis, hal ini disebabkan karena frekuensi yang tinggi pada anak–anak yang lahir dengan mengalami hiperbilirubinemia tanpa mendapatkan terapi yang diperlukan untuk mencegah peningkatan konsentrasi unconjugated bilirubin. Gejala–gejala kernikterus yang terdapat pada bayi yang mengalami jaundice biasanya tampak setelah hari kedua dan ketiga kelahiran. Anak menjadi lesu dan tidak dapat menyusu dengan baik.Kadangkala juga terjadi demam dan tangisan menjadi lemah. Sulit mendapatkan Reflek Moro dan tendon pada mereka, dan gerakan otot secara umum menjadi berkurang. Setelah beberapa minggu, tonus meningkat dan anak tampak mengekstensikan punggung dengan opisthotonus dan ikut dengan ekstensi ektremitas. (Swaiman, 1998).
·      Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah. (Soetjiningsih, 1995)

·      Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa CP. (Soetjiningsih, 1995)
·      Kelahiran sungsang
·      Partus lama
Partus lama yaitu persalinan kala I lebih dari 12 jam dan kala II lebih dari 1 jam. Pada primigravida biasanya kala I sekitar 13 jam dan kala II sekitar 1,5 jam. Sedangkan pada multigravida, kala I : 7 jam dan kala II : 1/5 jam. Persalinan yang sukar dan lama meningkatkan risiko terjadinya cedera mekanik dan hipoksia janin. (Wiknjosastro, 2002)
·      Polyhidramnion (Boosara, 2004)
·      Perdarahan pada trimester ketiga

 

D.   KEMATIAN NEONATAL

1. Definisi Kematian Neonatal
Kematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Kematian neonatal adalah kematian bayi yang berumur 0 sampai 28 hari. Tinggi rendahnya NMR (Neonatal Mortality Rate)dapat digunakan untuk mengetahui :
a.    Tinggi rendahnya usaha post natal
b.    Program imunisasi
c.    Pertolongan persalinan
d.   Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
3.      Klasifikasi Kematian Neonatal
·      Kematian neonatal terdiri dari sebagai berikut :
a.    Kematian neonatal dini
Yaitu kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam waktu 7 hari setelah lahir.
b.    Kematian neonatal lanjut
Yaitu kematian  seorang bayi yang dilahirkan hidup setelah 7 hari,  atau sebelum 29 hari
         
4.    Etiologi Kematian Neonatal
·      Penyebab kematian janin dikategorikan sebagai berikut :
a.    Kuasa janin yaitu : anomali kongenital, infeksi (korioamnionitis, sepsis janin atau intrauterus, sifilis kongenital, sitomegalovirus, parvovirus big, rubella, varisela, listeriosis), malnutrisi, hidropsnonimun, isoimunisasi anti-D, anomali struktural (cacat neural-tube), hidrops, hidrosefalus terisolasi dan penyakit jantung kongenital kompleks.
b.    Kuasa plasenta yaitu masalah di plasenta (degenerasi trofoblastik fibrinoid, kalsifikasi dan infark istemik akibat oklusi arteri spiralis). Masalah di membran plasenta (korioamnionitis ditandai dengan infiltrasi korion oleh leukosit polimorfonukleus dan mononukleus).
c.    Kuasa ibu yaitu : penyakit ibu meliputi gangguan hipertensif dan diabetes, antikoagulanlupus dan antibodi antikardiolipin dengan vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan pertumbuhan janin, abortus rekuren, trombofilia herediter, solusio plasenta.
·      Kematian neonatal dapat disebabkan oleh   2 faktor yaitu :
a.    Faktor ibu yaitu masa kehamilan, meliputi : antenatal care, infeksi ibu hamil (rubella, sifilis, gonorhoe, malaria), gizi ibu hamil, karakteristik ibu hamil (umur, paritas, jarak kehamilan).
b.    Faktor janin yaitu umur 0-7 hari, meliputi : BBLR, Asfiksia serta umur 8-28 hari, meliputi : Pneumonia
·      Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian neonatal adalah :
a.    pendidikan ibu
b.     pendapatan keluarga
c.     pemeriksaan kehamilan
d.    ukuran LILA ibu
e.    Hb ibu
f.      maturitas janin
g.     berat badan bayi lahir
                                 Kematian neonatus yang terbanyak, adalah : Berat badan lahir rendah, cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik selama persalinan dan kelahiran, malformasi congenital.
Sebelum dan selama kelahiran, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kesejahteraan  neonatus antara lain :
a.         Bayi di infeksikan untuk melihat ada tidaknya kelainan
b.        Mengamati pernafasan dengan cermat dan memeriksa denyut jantung. Denyut jantung 100 kali permenit atau lebih yang teraba dengan jelas di anggap normal, kemudian di terapkan pada skor APGAR 1 menit dan 5 menit setelah lahir.
c.         Melakukan pemeriksaan asam basa darah tali pusat.
Darah yang diambil dari pembuluh umbilikus digunakan dalam pemeriksaan asam basa untuk mengetahui status metabolik janin, oksigenasi dan PH janin umumnya menurun selama persalinan normal. PH darah dan nilai gas darah arteri umbilikalis normal pada bayi aterm atau prematur (BBLR).



5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian neonatal berdasarkan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung :
·      Penyebab langsung kematian neonatal
a.       Infeksi
Infeksi adalah terkena hama, kemasukan bibit penyakit, atau peradangan, serta pengembangan parasit dalam tubuh. Beberapa tanda dan gejala infeksi yaitu :  Malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, diare, selain itu  dapat terjadi edema, purpura, ikterus, hepatospleno megalia dan kejang, serta pada bayi BBLR seringkali terjadi hipotermia dan sklerema.
b.   Infeksi pada neonatus dibagi dalam dua golongan besar :
1)   Infeksi berat meliputi, sifilis kongenital, sepsis neonaturum, meningitis, pneumonia kongenital, pneumonia aspirasi, pneumonia karena airborn infection, pneumonia stafilokokkus, diarea epidemik, pielonefritis, osteitis akuta, tetanus neonaturum
2)    Infeksi ringan meliputi : pemfigus neonaturum, oftalmia neonaturum, infeksi
·      Penyebab tidak langsung kematian neonatal
a.    Faktor ibu
1)    Usia ibu
Resiko kematian pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan pada kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3x lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat 20 sampai 34 tahun.

2)     Paritas
                        Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.
Menurut Wiknjosastro  (2006) paritas I dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
3)     Penyulit dalam kehamilan atau persalinan
Penyulit dalam kehamilan atau persalinan yaitu :
a)      Hiperemesis gravidarum, adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena, terjadinya dehidrasi.
b)      Toksemia gravidarum, adalah trias HPE (Hipertensi, Proteinurinia, edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah di ikuti oleh KK (kejang-kejang atau konvulsi dan koma).
c)      Abortus atau keguguran, adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
d)     Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik), adalah keadaanabnormal implantasi hasil konsepsi terjadi di luar endometrium rahim
e)      penyakit trofoblas, disebabkan oleh kehamilan yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta yang bersifat neoplasitik.
f)       Penyakit dan kelainan plasenta dan tali pusat, plasenta normal beratnya kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
g)      Air ketuban dan kelainan, asal air ketuban dari fetal urin, transudasi dari darah ibu, sekresi dari epitel amnion dan a mixed origin.
h)      Kehamilan ganda, adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukan obat-obatan dan cara ovulasi maka dari laporan-laporan seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.
4)     Cara persalinan
Cara persalinan ada 3 yaitu :
a)      Persalinan spontan yaitu  bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan  ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b)      Persalinan buatan yaitu sebaliknya bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c)      Persalinan anjuran yaitu berhubungan dengan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan.
b.  Faktor bayi
1)   Umur kehamilan ibu
Faktor usia kehamilan juga harus diperhatikan dalam kematian neonatal, sebagian besar bayi meninggal pada minggu pertama adalah bayi prematur karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya tergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Hal ini penting dipikirkan karena ia berkaitan dengan kemampuan seorang bayi untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan di luar rahim ibunya. 
2)   Berat badan lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal dan juga sebagai determinan yang cukup bermakna bagi kematian bayi dan balita. Menurut Chase, bayi lahir dengan BBLR memiliki kemungkinan untuk meninggal selama masa neonatal sebanyak 20-30 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat cukup

No comments:

Post a Comment