BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH / IUFD)
1.
Defenisi
Kematian janin dalam kandungan
disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya
500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam
kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan
berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke
atas.
2.
Etiologi
a.
Fetal (penyebab 25-40%)
·
Anomali/malformasi kongenital mayor
: Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital
·
Kelainan kromosom termasuk penyakit
bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat
kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan
kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat
berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga
berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir premature.
·
Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
·
Janin yang hiperaktif. Gerakan janin yang berlebihan
-apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang
menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang
mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat.
Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk
tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini
kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga,
perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
b.
Placenta
penyebab
·
Abruption
·
Kerusakan tali pusat
·
Infark plasenta
·
Infeksi plasenta dan selaput ketuban
·
Intrapartum asphyxia
·
Plasenta Previa
·
Twin to twin transfusion S
·
Chrioamnionitis
·
Perdarahan janin ke ibu
·
Solusio plasenta
c.
Maternal (penyebab 5-10%)
·
DM
·
Hipertensi
·
Trauma
·
kehamilan lewat waktu (posterrm)
·
Ruptur uterus
·
Postterm pregnancy
·
Obat-obat
Kehamilan
lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa
dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG
3.
Tanda Dan Gejala
Ø
Ibu tidak
merasakan gerakan janin
Nilai DJJ Bila
ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang. Bila DJJ abnormal,lihat
penatalaksanaan DJJ abnormal. Bila DJJ tidak terdengar, pastikan
adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler). Bila DJJ baik, berarti bayi tidur. Rangsang janin dengan rangsangan
suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan
janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal. Bila DJJ cenderung turun saat janin
bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
Ø
Gerakan
janin tidak dirasakan lagi
Gejala dan
tanda selalu
ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan. Gerakan janin berkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau
menetap Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu.
Ø
Uterus
tegang / kaku
Ø
Gawat janin atau DJJ tidak
terdengar. Solusio plasenta
Ø
Gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan
Ø
Nyeri perut hebat Syok
Ø
Perut kembung / cairan bebas intra
abdominal
Ø
Kontur uterus abnormal
Ø
Abdomen nyeri
Ø
Bagian – bagian janin teraba
Ø
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Ø
Gerakan janin berkurang atau hilang
Ø
DJJ abnormal (<100/menit atau >140/ menit)
Cairan ketuban bercampur meconium
Ø
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda –
tanda kehamilan berhenti
Ø
Tinggi fundus uteri berkurang
Ø
Pembesaran uterus berkurang Kematian
janin
Ø
Adanya
gelembung-gelembung gas pada badan janin
Tabel 1.1 Tanda dan gejala Kematian
Janin
Gejala
dan tanda selalu ada
|
Gejala dan tanda selalu ada
|
Diagnosa kemungkinan
|
· Gerakan janin berkurang atau hilang
· Nyeri perut hilang timbul atau
menetap
· Perdarahan pervaginam sesudah
hamil 22 minggu
|
· Syok
· Uterus tegang atau kaku
· Gawat janin atau djj tidak terdengar
|
Solisio placenta
|
· Gerakan janin dan djj tidak ada perdarahan
· Nyeri perut hebat
|
· Syok
· Perut kembung atau cairan bebas
intra abdominal
· Kontur uterus abnormal
· Abdomen nyeri
· Bagian-bagian janin teraba
|
Rupture uteri
|
· Gerakan janin berkurang atau
hilang
· Djj abnormal ( <100/menit atau
>180/menit)
|
· Cairan ketuban campur meconium
|
Gawat janin
|
· Gerakan janin atau djj hilang
|
· Tanda- tanda kehamilan berhenti
· Tinggi fundus uteri berkurang
· Pembesaran uteri berkurang
|
Kematian janin
|
4.
Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi Kematian Janin
Golongan I
|
Golongan II
|
Golongan III
|
Golongan IV
|
kematian sebelum massa kehamilan
mencapai 20 minggu penuh
|
kematian sesudah ibu hamil 20-28
minggu
|
kematian sesudah masa kehamilan
>28 minggu (late fetal death)
|
kematian yang tidak dapat
digolongkan pada ketiga golongan di atas
|
5.
Faktor Resiko
a.
Faktor ibu
·
Ketidakcocokan rhesus darah ibu
dengan janin.
·
Akan timbul masalah bila ibu
memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan
mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan
janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
·
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi
kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi
imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain
pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut
(asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau
rongga jantung.
·
Ketidakcocokan golongan darah antara
ibu dan janin.Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi
antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau
sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin
akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah
ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
·
Berbagai penyakit pada ibu hamil.Salah
satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu
dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
·
Trauma saat hamil.Trauma bisa
mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi,
misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan.
"Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga
timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran
darah ke bayi pun jadi tak ada."
·
Infeksi pada ibu hamil.Ibu hamil
sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun
virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak
tahan akan panas tubuh ibunya."
·
status social ekonomi yang rendah
·
tingkat pendidikan ibu yang rendah
·
umur ibu yang > 30 tahun atau
< dari 20 tahun
·
ganggguan gizi dan anemia dalam
kehamilan
·
ibu dengan riwayat kehamilan /
persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
b.
Faktor bayi
·
Gerakan bayi yang berlebihan /
liarGerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi
gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja,
maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau
tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi
jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan
"liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah
itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan
tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen
dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal,
maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas
berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga
janin relatif kekurangan."
·
Kelainan kromosom.Bisa disebut
penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin
akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian udah terjadi,
yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan
pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya
mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta
janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali
kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai
kelainan kromosom."
·
Kelainan bawaan bayi.Kelainan bawaan
pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa engakibatkan kematian
di kandungan.
6. Manifestasi
Klinis / Komplikasi
Kematian
janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak masuk kedalam
peredaran darah ibu tromboplastin¡ pembekuan intravaskuler yang
dimulai dari endotel pembuluh darah oleh terjadi pembekuan darah
trombosit Disseminated yang
meluas hipofibrinogenemia (kadar intravascular
coagulation fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah
IUFD.
Kadar
normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen
maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3
minggu setelah janin mati. Dampak psikologis dapat timbul pada
ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya.
7. Patofisiologi
Menurut
dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan,
Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:
·
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
·
Preeklampsia dan eclampsia
·
Perdarahan
Waspada
jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang
menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun
dan bisa picu kematian janin.
·
Kelainan kongenital (bawaan) bayi yang bisa mengakibatkan
kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh
janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan
hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya
cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi
kelainan pada paru-parunya
·
Ketidakcocokan golongan darah ibu
dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.
·
Janin yang hiperaktif
Gerakan
janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah
saja, bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin
terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun
nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup
kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan
janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir
atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada
gejala yang tidak biasa saat hamil.
·
Gawat janin
Bila air
ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya.
Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen dari Moms
ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG).
Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di
bawah rata-rata.
·
Kehamilan lewat waktu (postterm) Kehamilan lebih dari 42
minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa
dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
·
Infeksi saat hamil
Saat hamil
sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi
bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin
tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
·
Kelainan kromosom
Kelainan
kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.
Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain
biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari
plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
Bila janin
mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai
berikut :
a. Rigor mostis (tegang mati)
Berlangsung
2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
b. Stadium
maserasi I
Timbul
lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi
merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.
c. Stadium
maserasi II
Lepuh-lepuh
pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48
jam setelah anak mati.
d. Stadium
maserasi III
Terjadi
kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara
tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
8. Penanganan
a.
Penanganan Umum
·
Berikan dukungan emosional pada ibu
·
Nilai DJJ
·
Nilai ibu mendapa sedative, tungg
hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang
·
Bila DJJ tidak terdengar minta
beberapa orang mendengarkan menggunakan
b.
Penanganan Pada Masa Persalinan
Kematian
janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak terobati.
Jika
pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari.
Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna,
vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
USG adalah
sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya
menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran
kepala janin dan cairan ketuban berkurang. Dukungan mental emosional perlu
diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya.
Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal. Pilihlah cra persalinan dapat secara
aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan
keluarganya sebelum keputsan diambil. Bila pilihan penanganan persalinan
adalah akspetif:
·
Tunggu persalinan spontan hingg dua
minggu
·
Yakinkan bahwa 90% persalinan
spontan akan terjadi tanpa komplikasi
·
Jika trombosit dalam 2 minggu
menurun tanpa persalinan spontan
·
Jika penanganan aktif akan
dilakukan, nilai serviks
·
Jika serviks matang, lakukann
induksi persalinan dengan oksitosin
·
Jika serviks belum mtang, lakukan
pematangan serviks dengan prostaglandin
B.
LAHIR MATI
1. Definisi
Lahir Mati
Lahir Mati adalah adalah keadaan bila kematian bayi terjadi sebelum lahir, tetapi setelah kehamilan 20
minggu atau lebih. Kebanyakan kematian sewaktu bayi masih di dalam
rahim. Namun, 10 % terjadi sebelum persalinan. Menurut kamus
kesehatan Kelahiran mati (stillbirth) adalah peristiwa atau kondisi yang
terjadi sebelum espulsi lengkap atau ektraksi yaitu bayi mengalami kematian, hal ini hasil fertilisasi dari ibu pada atau setelah usia kehamilan 20
minggu. Kematian ditandai dengan fakta bahwa, setelah pemisahan
tersebut, janin tidak bernapas atau menunjukkan bukti kehidupan lainnya seperti
detak jantung, denyut tali pusat, atau gerakan otot sukarela tertentu. Jika janin meninggal
sebelum ke-28, disebut aborsi atau keguguran.
2.
Penyebab Bayi Lahir Mati
Penyebab bayi lahir mati Salah satu penyebab bayi lahir
mati yakni kekurangan gizi selama hamil. Kekurangan gizi yang terjadi pada ibu
hamil tentu dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin, dan apabila
kekurangan gizi ini sangat fatal maka bisa mengakibatkan terjadinya keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia dan lain sebagainya.
Dengan jarak kehamilan yang kurang
dari 2 tahun pun dapat menjadi penyebab bayi lahir mati, selain itu dapat juga
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, waktu persalinan terbilang cukup
lama dan juga terjadinya perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim
belum pulih dengan baik.
Penyebab lainnya yakni pengaruh asma
pada ibu. Jadi jika terjadi asma maka janin akan kekurangan oksigen (O2) atau
hipoksia. Dan tentu saja jika keadaan hipoksia ini tidak segera diatasi tentu
akan berpengaruh fatal pada janin.
Penyakit lain pada ibu yang bisa
menyebabkan bayi lahir mati yakni penyakit hipertensi dimana merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
permulaan persalinan. Penyakit hipertensi sendiri jika terjadi dalam masa
kehamilan maka akan menjadi penyebab utama dari kematian bayi neonatal. Selain
itu Ibu dengan penyakit hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi
plasenta, hipoksia sehingga akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan
sering juga menyebabkan terjadi kelahiran prematur.
3.
Faktor Penyebab Bayi Lahir Mati
a.
ketuban
dinyatakan pecah sebelum waktunya. Jika Ketuban Pecah Dini (KPD) yang
disebabkan oleh berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya
infeksi bisa berakibat fatal dan salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan
berasal dari vagina dan serviks.
b.
Selain itu
adanya perdarahan pada kehamilan diatas usia 22 minggu hingga mejelang
persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan bisa juga menjadi penyebab bayi lahir
mati. Dan terjadinya komplikasi utama dari perdarahan antepartum merupakan
perdarahan yang menyebabkan anemia dan juga syok yang menyebabkan keadaan ibu
semakin buruk.
Jika adanya kelainan dalam pertumbuhan struktur
sehingga bayi dilahirkan dengan kelainan kongenital dan pada umumnya bayi
tersebut akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dengan Bayi
Berat Lahir Rendah yang di barengi dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% maka akan meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
c.
infeksi
hepatitis terhadap kehamilan yang bersumber dari adanya gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga dalam keadaan ini
aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Dengan adanya pengaruh
infeksi hepatitis ini maka bisa menyebabkan abortus atau persalinan
prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Itulah beberapa penyebab bayi
lahir mati, untuk itu ibu hamil lebih disarankan untuk waspada pada perubahan
apapaun yang terjadi pada bayi di dalam kandungan.
C.
KEMATIAN PERINATAL
1.
Definisi Kematian Perinatal
Kematian
dalam masa kehamilan 28 minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian
perinatal ditentukan dengan menghitung jumlah kematian masa perinatal tersebut
dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati.
2. Masalah Seputar Perinatal yaitu :
·
Anoksia /
hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan
dalam masa perinatal ialah brain injury. Keadaan inilah yang menyebabkan
terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi
abnormal, disproporsi sefalo– servik, partus lama, plasenta
previa, infeksi plasenta, partus menggunakan intrumen tertentu dan lahir dengan
seksio Caesar. (Anonim, 2002)
· Perdarahan
otak akibat trauma lahir
Perdarahan dan anoksi dapat terjadi bersama–sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya
perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernafasan dan
peredaran darah, sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang
subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga menyebabkanhidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul
kelumpuhan spastis. (Anonim, 2002)
· Prematuritas
· Berat
badan lahir rendah
· Postmaturitas
· Primipara
· Antenatal care
· Hiperbilirubinemia
Bentuk CP yang sering terjadi adalah
athetosis, hal ini disebabkan karena frekuensi yang tinggi
pada anak–anak yang lahir dengan mengalami hiperbilirubinemia
tanpa mendapatkan terapi yang diperlukan untuk mencegah
peningkatan konsentrasi unconjugated bilirubin. Gejala–gejala kernikterus yang
terdapat pada bayi yang mengalami jaundice biasanya tampak setelah hari kedua dan ketiga kelahiran. Anak menjadi lesu dan tidak dapat
menyusu dengan baik.Kadangkala
juga terjadi demam dan tangisan menjadi lemah. Sulit mendapatkan Reflek Moro dan
tendon pada mereka, dan gerakan otot secara umum menjadi berkurang. Setelah
beberapa minggu, tonus meningkat dan anak tampak mengekstensikan punggung
dengan opisthotonus dan ikut dengan ekstensi ektremitas. (Swaiman, 1998).
· Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke
ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah. (Soetjiningsih,
1995)
·
Meningitis
purulenta
Meningitis purulenta pada masa
bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan
mengakibatkan gejala sisa berupa CP. (Soetjiningsih, 1995)
·
Kelahiran
sungsang
·
Partus
lama
Partus lama yaitu persalinan
kala I lebih dari 12 jam dan kala II lebih dari 1 jam. Pada primigravida
biasanya kala I sekitar 13 jam dan kala II sekitar 1,5 jam. Sedangkan pada multigravida, kala I : 7 jam dan
kala II : 1/5 jam. Persalinan yang sukar dan lama meningkatkan risiko terjadinya cedera mekanik dan
hipoksia janin. (Wiknjosastro, 2002)
·
Polyhidramnion
(Boosara, 2004)
·
Perdarahan
pada trimester ketiga
D. KEMATIAN NEONATAL
1. Definisi Kematian Neonatal
Kematian adalah akhir kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Kematian
neonatal adalah kematian bayi yang berumur 0 sampai 28 hari.
Tinggi rendahnya NMR (Neonatal
Mortality Rate)dapat digunakan untuk mengetahui :
a.
Tinggi rendahnya usaha post natal
b.
Program imunisasi
c.
Pertolongan persalinan
d.
Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
3.
Klasifikasi Kematian Neonatal
·
Kematian neonatal terdiri dari sebagai berikut :
a. Kematian neonatal dini
Yaitu kematian
seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam waktu 7 hari setelah lahir.
b. Kematian neonatal lanjut
Yaitu
kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup setelah 7 hari, atau
sebelum 29 hari
4.
Etiologi Kematian Neonatal
·
Penyebab kematian janin dikategorikan sebagai berikut :
a.
Kuasa janin yaitu : anomali kongenital, infeksi (korioamnionitis, sepsis
janin atau intrauterus, sifilis kongenital, sitomegalovirus, parvovirus big,
rubella, varisela, listeriosis), malnutrisi, hidropsnonimun, isoimunisasi
anti-D, anomali struktural (cacat neural-tube),
hidrops, hidrosefalus terisolasi dan penyakit jantung kongenital kompleks.
b.
Kuasa plasenta yaitu masalah di plasenta (degenerasi trofoblastik fibrinoid,
kalsifikasi dan infark istemik akibat oklusi arteri spiralis). Masalah di
membran plasenta (korioamnionitis ditandai dengan infiltrasi korion oleh
leukosit polimorfonukleus dan mononukleus).
c.
Kuasa ibu yaitu : penyakit ibu meliputi gangguan hipertensif dan diabetes,
antikoagulanlupus dan antibodi antikardiolipin dengan vaskulopati desidua,
infark plasenta, hambatan pertumbuhan janin, abortus rekuren, trombofilia
herediter, solusio plasenta.
·
Kematian neonatal dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
a. Faktor ibu yaitu masa kehamilan, meliputi : antenatal
care, infeksi ibu hamil (rubella, sifilis, gonorhoe, malaria), gizi ibu hamil,
karakteristik ibu hamil (umur, paritas, jarak kehamilan).
b. Faktor janin yaitu umur 0-7 hari, meliputi : BBLR,
Asfiksia serta umur 8-28 hari, meliputi : Pneumonia
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kematian neonatal adalah :
a. pendidikan ibu
b. pendapatan keluarga
c. pemeriksaan kehamilan
d. ukuran LILA ibu
e. Hb ibu
f. maturitas janin
g. berat badan bayi lahir
Kematian neonatus yang terbanyak,
adalah : Berat badan lahir rendah, cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia
in utero dan cedera traumatik selama persalinan dan kelahiran, malformasi
congenital.
Sebelum dan
selama kelahiran, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kesejahteraan
neonatus antara lain :
a.
Bayi di infeksikan untuk melihat ada tidaknya kelainan
b.
Mengamati pernafasan dengan cermat dan memeriksa denyut jantung. Denyut
jantung 100 kali permenit atau lebih yang teraba dengan jelas di anggap normal,
kemudian di terapkan pada skor APGAR 1 menit dan 5 menit setelah lahir.
c.
Melakukan pemeriksaan asam basa darah tali pusat.
Darah yang diambil
dari pembuluh umbilikus digunakan dalam pemeriksaan asam basa untuk mengetahui
status metabolik janin, oksigenasi dan PH janin umumnya menurun selama
persalinan normal. PH darah dan nilai gas darah arteri umbilikalis normal pada
bayi aterm atau prematur (BBLR).
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian neonatal berdasarkan penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung :
·
Penyebab langsung kematian neonatal
a. Infeksi
Infeksi adalah terkena hama, kemasukan bibit penyakit, atau peradangan,
serta pengembangan parasit dalam tubuh. Beberapa tanda dan gejala infeksi yaitu : Malas
minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, diare, selain itu dapat terjadi edema, purpura,
ikterus, hepatospleno megalia dan kejang, serta pada bayi BBLR seringkali
terjadi hipotermia dan sklerema.
b.
Infeksi
pada neonatus dibagi dalam dua golongan besar :
1) Infeksi berat meliputi, sifilis
kongenital, sepsis neonaturum, meningitis, pneumonia kongenital, pneumonia
aspirasi, pneumonia karena airborn infection, pneumonia stafilokokkus, diarea
epidemik, pielonefritis, osteitis akuta, tetanus neonaturum
2) Infeksi ringan
meliputi : pemfigus neonaturum, oftalmia neonaturum, infeksi
·
Penyebab tidak langsung kematian neonatal
a. Faktor
ibu
1) Usia ibu
Resiko kematian pada kelompok umur dibawah 20 tahun dan pada
kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3x lebih tinggi dari kelompok umur
reproduksi sehat 20 sampai 34 tahun.
2) Paritas
Paritas
adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.
Menurut Wiknjosastro (2006) paritas I dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
3) Penyulit dalam kehamilan atau persalinan
Penyulit dalam kehamilan atau persalinan yaitu :
a)
Hiperemesis gravidarum, adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk karena, terjadinya dehidrasi.
b)
Toksemia gravidarum, adalah trias HPE (Hipertensi,
Proteinurinia, edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah di ikuti
oleh KK (kejang-kejang atau konvulsi dan koma).
c) Abortus atau keguguran, adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
d) Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik), adalah
keadaanabnormal implantasi hasil konsepsi
terjadi di luar endometrium rahim
e) penyakit trofoblas, disebabkan oleh
kehamilan yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon
plasenta yang bersifat neoplasitik.
f) Penyakit dan kelainan plasenta dan
tali pusat, plasenta normal beratnya kira-kira 500 gram atau 1/6 dari berat
badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
g) Air ketuban dan kelainan, asal air
ketuban dari fetal urin, transudasi dari darah ibu, sekresi dari epitel amnion
dan a mixed origin.
h) Kehamilan ganda, adalah kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukan obat-obatan dan cara ovulasi maka
dari laporan-laporan seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong
meningkat bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.
4) Cara persalinan
Cara persalinan ada 3 yaitu :
a) Persalinan spontan yaitu bila
persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
b) Persalinan buatan yaitu sebaliknya
bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan
forceps, atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c) Persalinan anjuran yaitu berhubungan
dengan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan.
b. Faktor bayi
1) Umur kehamilan ibu
Faktor usia
kehamilan juga harus diperhatikan dalam kematian neonatal, sebagian besar bayi
meninggal pada minggu pertama adalah bayi prematur karena morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya tergantung pada berat badannya tetapi juga pada
tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Hal ini penting dipikirkan karena
ia berkaitan dengan kemampuan seorang bayi untuk menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan di luar rahim ibunya.
2) Berat badan lahir bayi
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal dan juga
sebagai determinan yang cukup bermakna bagi kematian bayi dan balita. Menurut Chase, bayi lahir dengan BBLR memiliki kemungkinan untuk
meninggal selama masa neonatal sebanyak 20-30 kali lebih besar dibandingkan
dengan bayi yang lahir dengan berat cukup
No comments:
Post a Comment